Minggu, 16 Desember 2012

Kaum perempuan dewasa identik dengan sepatu hak tinggi. Berangkat ke kantor, pergi ke pesta atau sekedar jalan – jalan para wanita lebih senang dan lebih percaya diri dengan memakai sepatu hak tinggi. Beraneka ragam jenis sepatu hak tinggi yang manis dilihat membuat para wanita tergiur ingin memilikinya.
Banyak perempuan yang terus memakainya meski kerap merasakan sakit di bagian kaki dan betis, tidak nyaman, tidak stabil, dan tidak praktis dalam bergerak. Namun demikian, kebanyakan dari mereka tidak menyadari akan bahaya memakai sepatu berhak tinggi. Beberapa pakar sepatu juga mengatakan, ada tiga jenis hak sepatu yang mencatat angka kecelakaan lebih tinggi daripada jenis lainnya.
Jenis sepatu hak tinggi
Platform wedge
Sepatu sol tebal ini memang populer lagi sekarang, namun tergolong sol yang berbahaya karenaplatform yang lebar tersebut tidak memberikan fleksibilitas pada bagian kaki. shoeareyou.com.
Sepatu sol tebal ini memang populer lagi sekarang, namun tergolong sol yang berbahaya karenaplatform yang lebar tersebut tidak memberikan fleksibilitas pada bagian kaki. shoeareyou.com.
Solusi: Mini wedge
Agar bisa jalan-jalan di mall dalam waktu lama tanpa terasa capai, pilih saja sepatu dengan dukungan lebih pada bagian tumit sehingga Anda tidak akan berisiko mengalami keseleo pada pergelangan kaki.
Agar bisa jalan-jalan di mall dalam waktu lama tanpa terasa capai, pilih saja sepatu dengan dukungan lebih pada bagian tumit sehingga Anda tidak akan berisiko mengalami keseleo pada pergelangan kaki.
Pencil heels
Christian Louboutin boleh dibilang salah satu “provokator” untuk sepatu dengan hak yang menjulang tinggi. Hak yang tipis merupakan salah satunya, dan sangat berbahaya karena orang tidak memiliki naluri keseimbangan saat berdiri di atas hak tersebut, demikian menurut Dr Rock Positano, Direktr Non-Surgical Foot Service di The Hospital for Special Surgery.
Christian Louboutin boleh dibilang salah satu “provokator” untuk sepatu dengan hak yang menjulang tinggi. Hak yang tipis merupakan salah satunya, dan sangat berbahaya karena orang tidak memiliki naluri keseimbangan saat berdiri di atas hak tersebut, demikian menurut Dr Rock Positano, Direktr Non-Surgical Foot Service di The Hospital for Special Surgery.
Bahaya memakai sepatu hak tinggi

- Cidera yang paling sering dialami penggunanya menyebabkan kondisi “ballet break”. “Hal itu terjadi ketika Anda tergelincir ke sisi samping kaki, sehingga menimbulkan fraktur stres
- hak yang sangat tipis akan mendesak tendon achilles, sehingga menyebabkan masalah pada kaki, sekaligus punggung dan lutut
- Sepatu hak tinggi membuat Anda menaikkan tumit, kemudian anda menekuk punggung bawah sehingga menyebabkan perubahan posisi tulang belakang. Hal ini dapat menyebabkan linu panggul, kondisi yang menyakitkan di mana saraf terjebak, memicu rasa sakit dan mati rasa pada kaki. Masalah umum lainnya, kata O’Neill, adalah bahwa tendon Achilles, menjadi rusak secara permanen.
- Pemakaian sepatu hak tinggi berkontribusi pada terjadinya degenerasi sendi dan osteoartritis lutut
Ketulian sudah dapat menyerang orang semakin dini. Awal-awalnya telinga yang sering menggunakan earphone tidak terasa apa-apa, tapi ketika hendak mencabut earphone, telinga terasa panas dan berdengung hebat.
Itu terjadi akibat kelelahan koklea [rumah siput], yang berperan penting dalam proses pendengaran. Kelelahan koklea yang terjadi terus-menerus dan tak segera ditangani dapat menyebabkan gangguan pendengaran menetap.
Untuk orang dengan pendengaran normal, audiogram terletak antara nol dan 20 desibel. di atas angka itu, artinya kondisi telinga sudah tidak beres.
Dampaknya hanya dapat diobati dengan terapi hiperbalik [memberi obat-obatan khusus] agar tingkat ketuliannya berkurang, tapi tak sembuh. Sebab, yang rusak adalah sel rambut pada organ telinga bagian dalam yang berfungsi menangkap rangsangan atau frekuensi suara. Bila bagian ini sudah terganggu dan rusak, tak akan bisa kembali normal.
Badan Kesehatan Dunia [WHO], Sound Hearing 2030 juga sudah memprogram untuk mengurangi kasus gangguan pendengaran dan ketulian hingga 50 persen pada 2015, dan 90 persen dalam 15 tahun berikutnya. Masalah utamanya adalah gaya hidup yang salah seperti kebiasaan penggunaan earphone.
Selain itu, jangan menggunakannya saat menyetir atau di jalan raya yang berisik. Ini akan membuat pengguna tidak mendengar suara peringatan orang/ mobil lain dll, yang kemungkinan besar menyebabkan kecelakaan. Self-awareness menurun karena pengalihan konsentrasi kita dari lingkungan sekitar dan jalan ke suara dari earphones.
Keseimbangan badan pun bisa kacau karena tekanan udaranya mempengaruhi keseimbangan badan ketika kita menggunakan earphone di jalan atau sedang menyetir. Lebih baik kita rajin membersihkan telinga dari ear wax agar tidak infeksi.
Sabtu, 15 Desember 2012
1 Di asuh oleh Guru2 yang bepengalaman , Fun and friendly
2. Math dan IPA menggunakan bahasa inggris , tapi mudah di mengerti
3. Ruang kelas Full AC
4. Menggunakan hostpot , sehingga mudah untuk mencari materi2 di internet
5. 95 % dari alumni smpn9 di terima di sekolah2 favorite di kota Palembang dan di seluruh Indonesia
6. Pembinaan rohani nya cukup baik dengan membaca Alqur-an dan berdoa setiap pagi 15 menit atau pun
kitab lain bagi yang non muslim dan Tausyiah setiap 2 jumat sekali
Title: 겨울연가 / Gyeoul YeongaDetails
- Also known as: Winter Ballad / Winter Love Song / Endless Love 2
- Genre: Drama, Romance
- Episodes: 20
- Broadcast network: KBS2
- Broadcast period: 2002-Jan-14 to 2002-Mar-19
- Air time: Monday & Tuesday 21:55
- Theme Song: From the Beginning Until Now by Ryu
- Related TV shows: Autumn Tale, Summer Scent, Spring Waltz
Synopsis
Joon-sang moves to a new high school in search for his biological father. Yu-jin and Sang-hyuk are close childhood friends, although Sang-hyuk wants to be more than a friend, Yu-jin sees him as a brother. On a trip together with other high school mates, Oh Chelin , Jin-suk and Yong-kuk , Yu-jin is saved after an accident by Joon-sang. They become close and she opens up his cold heart. However, circumstances and fate dictate that their love will never be. He abruptly disappears from their lives.
Ten years later, the old High School buddies gather to celebrate Yu-jin and Sang-hyuk's soon-to-be wedding. Yu-jin, who was deeply in love with Joon-sang, still has a fire in her heart for him. But at the party, Oh Chelin's new boyfriend arrives, who appears the same as Joon-sang.
Cast
- Bae Yong Jun as Kang Joon-sang/Lee Min-hyung
- Choi Ji Woo as Jung Yu-jin
- Park Yong Ha as Kim Sang-hyuk
- Park Sol Mi as Oh Che-lin
- Lee Hye Eun as Kong Jin-suk (Yu-jin's best friend)
- Ryu Seung Soo as Kwon Yong-kuk (classmate who reads palms)
- Song Ok Sook as Pianist Kang Mi-hee (Joon-sang's mother)
- Ha Jae Young as Jung Hyun-soo (Yu-jin's father)
- Kim Hae Sook as Yu-jin's mother
- Jung Dong Hwan as Professor Kim Jin-woo (Sang-hyuk's father)
- Lee Hyo Choon as Sang-hyuk's mother
- Jung Won Jong as Park Jong-ho (teacher)
- Jang Hang Sun as Supervisor Min
- Kwon Hae Hyo as Lee Min-hyung's subordinate
- Lee Hye Young
- Son Jong Bum
- Park Hyun Sook
Label: source: drama wiki
Title: 사랑비 / SarangbiDetails
- Also known as: Love Rain
- Genre: Romance, melodrama
- Episodes: 20
- Broadcast network: KBS2
- Broadcast period: 2012-Mar-26 to 2012-May-29
- Air time: Monday & Tuesday 21:55
- Original Soundtrack: Love Rain OST
Synopsis
"Love Rain" depicts a 1970's pure love and a love from the present day at the same time. It shows how the children of a previous ill-fated couple, who met in the 1970s, managed to meet and fall in love. Seo In Ha and Kim Yoon Hee, an art student and a shy beauty, met and fell in love with each other during college in the 1970s but unfortunately their love was fated to never be. Now in the present 21st century Korea, Seo In Ha's son, Seo Joon (a liberal photographer) meets and falls in with the daughter of Kim Yoon Hee, Jung Ha Na, a cheerful and energetic girl who's personality is different from her mother's. Will their love for each other keep them together or will they have to face the same fate as their parents?
Cast
70s
- Jang Geun Suk as Seo In Ha
- YoonA as Kim Yoon Hee
- Kim Si Hoo as Lee Dong Wook
- Son Eun Seo as Baek Hye Jung
- Seo In Guk as Kim Chang Mo
- Hwang Bo Ra as Na In Sook
2012
- Jang Geun Suk as Seo Joon (In Ha's son)
- Im Yoon Ah as Jung Ha Na (Yoon Hee's daughter)
- Kim Si Hoo as Lee Sun Ho (Dong Wook's son)
- Jung Jin Young Seo In Ha (Seo Joon's dad)
- Lee Mi Sook as Kim Yoon Hee (Ha Na's mom)
- Kim Young Kwang as Han Tae Sung
- Oh Seung Yoon as Jo Soo
- Park Se Young as Lee Mi Ho (Sun Ho's younger sister)
- Lee Chan Ho as Jang Soo
- Shin Ji Ho (신지호) as In Sung
- Kwon In Ha (권인하) as Lee Dong Wook
- Yoo Hye Ri as Baek Hye Jung
- Park Ji Il as Kim Chang Mo
- Seo In Guk as Kim Jeon Sul (Chang Mo's nephew)
Production Credits
- Production Company: Yoon's Color
- Director: Yoon Suk Ho
- Screenwriter: Oh Soo Yun
Trivia
- The drama reunites director Yoon Suk Ho and screenwriter Oh Soo Yun of "Autumn in My Heart" and "Winter Sonata" for the first time in 10 years.
- "Love Rain" began filming September 24, 2011. The first day's shooting for 70s era took place at Keimyung University in Daegu, South Korea.
- The Japan's Pony Canyon, a subsidiary of Japanese Media Group Fujisankei Communications Group, has bought the broadcasting rights for "Love Rain" ahead of its premiere in Korea at a record high price.
- "Love Rain", is being featured at an annual international entertainment event in Cannes, France. Held from April 1st through the 4th, the 2012 MIPTV is an international event for marketing and purchasing entertainment content.
- Love Rain has been sold to twelve different countries and regions.
Label: source: drama wiki
Di dalam Islam, wanita muslimah memiliki kedudukan yang tinggi dan pengaruh yang besar bagi kehidupan setiap muslim. Dia merupakan madrasah atau sekolah yang pertama dalam membangun masyarakat yang saleh, jika si wanita berjalan di atas petunjuk Kitabullah dan Sunnah Rasulullah n. Karena berpegang dengan keduanya akan menjauhkan setiap muslim dan muslimah dari kesesatan dalam segala hal. Kesesatan umat dan penyimpangannya tidak akan terjadi melainkan dengan menjauhkan wanita dari bimbingan Allah l serta dari wahyu yang dibawa oleh para nabi dan rasul. Rasulullah n bersabda:
تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا إِنْ تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا؛ كِتَابُ اللهِ وَسُنَّتِي
“Aku tinggalkan di tengah kalian dua hal yang kalian tidak akan sesat selama kalian berpegang teguh dengan keduanya: Kitabullah dan sunnahku.”
Al-Qur’anul Karim menyebutkan arti penting seorang wanita, baik sebagai ibu, istri, saudara perempuan, maupun anak perempuan. Di samping menyebutkan hak dan kewajiban mereka, As-Sunnah yang suci juga merinci hal tersebut.
Kepayahan dan beban yang mereka tanggung sebagiannya melebihi beban lelaki. Oleh karena itu, kewajiban yang paling penting bagi seseorang (setelah menunaikan kewajiban kepada Allah l dan Rasul-Nya) adalah bersyukur kepada ibu, berbakti, dan berbuat baik kepadanya. Kewajiban kepada ibu ini didahulukan daripada kepada ayah. Allah l berfirman:
“Dan Kami perintahkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (Luqman: 14)
Allah l juga berfirman:
Dan kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua ibu bapaknya. Ibunya mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah pula. Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya mencapai empat puluh tahun, ia berdoa, “Duhai Rabbku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku, serta supaya aku dapat beramal saleh yang Engkau ridhai. Berilah kebaikan kepadaku dengan memberi kebaikan kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sungguh aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (al-Ahqaf: 15)
Seseorang datang kepada Rasulullah n dan berkata:
يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ: أُمُّكَ. قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: أُمُّكَ. قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: أُمُّكَ. قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: أَبُوْكَ
“Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak untuk aku berlaku baik kepadanya?” Beliau menjawab, “Ibumu.” “Kemudian siapa ?” tanya si lelaki. “Ibumu,” jawab Rasulullah. “Lalu siapa lagi?” tanya orang itu lagi. “Ibumu,” jawab Rasulullah untuk ketiga kalinya. Saat orang itu bertanya lagi, “Lalu siapa?” Rasulullah mengatakan, “Ayahmu.”
Berdasar hadits di atas, hak ibu untuk mendapatkan kebaikan dari anaknya tiga kali lipat daripada hak ayah.
Allah l berfirman menyinggung peran seorang istri dalam kehidupan seorang lelaki.
”Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untuk kalian istri-istri dari jenis kalian sendiri, supaya kalian cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antara kalian ada rasa kasih dan sayang (mawaddah wa rahmah). Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (ar-Rum: 21)
Al-Hafizh Ibnu Katsir t menafsirkan firman Allah l di atas, “Mawaddah adalah mahabbah (cinta), sedangkan rahmah adalah kasih sayang. Hal ini karena seorang lelaki menahan seorang wanita (untuk tetap hidup bersamanya sebagai istri) mungkin karena ia mencintai si wanita atau ia menyayanginya karena mendapatkan anak dari si wanita.” (Tafsir Ibni Katsir)
Sungguh, peran tiada banding telah dilakukan seorang istri yang namanya harum sepanjang sejarah perjalanan anak manusia, Khadijah bintu Khuwailid, semoga Allah l meridhainya. Sosok istri yang terus dikenang oleh Khairul Anam, Muhammad n. Khadijah telah memberikan pengaruh yang sangat besar dalam menenangkan rasa takut yang sempat menyergap Rasulullah n tatkala Jibril turun membawa wahyu pertama kali kepada beliau di Gua Hira. Rasulullah n menemui istrinya dalam keadaan gemetar seraya memerintahkan, “Selimuti aku, selimuti aku! Sungguh aku mengkhawatirkan diriku.”
Mengalirlah tutur kata penuh kebaikan dari lisan Khadijah, membiaskan ketenangan dalam dada suaminya, “Tidak, demi Allah! Allah tidak akan merendahkanmu selama-lamanya. Sesungguhnya engkau adalah orang yang suka menyambung kekerabatan, menanggung beban orang yang kesusahan, memberi harta kepada orang yang tidak memiliki, menjamu tamu, dan membantu orang yang membela kebenaran.”
Dalam bidang ilmu dan dakwah, kita tidak lupa dengan peran ash-Shiddiqah Aisyah bintu ash-Shiddiq c, istri tercinta Rasulullah n, yang tokoh-tokoh sahabat banyak mengambil hadits darinya. Demikian pula kebanyakan wanita mengambil hukum-hukum yang berkaitan dengan diri mereka dari Aisyah x.
Pada masa lalu yang tidak terlalu jauh dari kita, di zaman al-Imam Muhammad ibnu Su’ud t, istrinya menasihatinya agar menerima dakwah al-Imam al-Mujaddid Muhammad ibnu Abdil Wahhab t, tatkala beliau menawarkan dakwahnya kepada Ibnu Su’ud1. Nasihat sang istri kepada sang suami ini sungguh berpengaruh besar dalam terjalinnya kesepakatan antara keduanya untuk memperbarui dakwah dan menyebarkannya. Sekarang kita bisa merasakan, alhamdulillah, pengaruh dakwah tersebut dengan tertancapnya akidah tauhid pada anak-anak jazirah ini.
Tidak pula saya sangsikan bahwa ibu saya memiliki keutamaan yang besar dan pengaruh yang tidak kecil dalam mendorong saya untuk belajar dan membantu saya dalam menuntut ilmu. Semoga Allah l melipatgandakan pahala bagi beliau atas kebaikan yang diberikannya kepada saya.
Sebagai akhir, tidak pula kita ragukan bahwa rumah yang dipenuhi dengan mawaddah, mahabbah, kasih sayang, dan tarbiyah Islamiah akan memberikan pengaruh bagi seseorang. Dengan izin Allah l, orang tersebut akan diberi taufik dalam urusannya, sukses dalam pekerjaan apa saja yang dia upayakan, baik dalam menuntut ilmu, usaha perdagangan, perkebunan, maupun pekerjaan lainnya.
Hanya kepada Allah l saya memohon agar memberi taufik kepada semuanya kepada apa yang dicintai dan diridhai-Nya. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi kita Muhammad, segenap keluarga, dan para sahabatnya.
Wallahu ta’ala a’lamu bish-shawab.
(Disusun kembali dengan sedikit perubahan/tambahan dari Majmu’ Fatawa wa Maqalat Mutanawwi’ah, Syaikh Ibnu Baz, 3/348—350, oleh Ummu Ishaq al-Atsariyah)
تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا إِنْ تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا؛ كِتَابُ اللهِ وَسُنَّتِي
“Aku tinggalkan di tengah kalian dua hal yang kalian tidak akan sesat selama kalian berpegang teguh dengan keduanya: Kitabullah dan sunnahku.”
Al-Qur’anul Karim menyebutkan arti penting seorang wanita, baik sebagai ibu, istri, saudara perempuan, maupun anak perempuan. Di samping menyebutkan hak dan kewajiban mereka, As-Sunnah yang suci juga merinci hal tersebut.
Kepayahan dan beban yang mereka tanggung sebagiannya melebihi beban lelaki. Oleh karena itu, kewajiban yang paling penting bagi seseorang (setelah menunaikan kewajiban kepada Allah l dan Rasul-Nya) adalah bersyukur kepada ibu, berbakti, dan berbuat baik kepadanya. Kewajiban kepada ibu ini didahulukan daripada kepada ayah. Allah l berfirman:
“Dan Kami perintahkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (Luqman: 14)
Allah l juga berfirman:
Dan kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua ibu bapaknya. Ibunya mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah pula. Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya mencapai empat puluh tahun, ia berdoa, “Duhai Rabbku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku, serta supaya aku dapat beramal saleh yang Engkau ridhai. Berilah kebaikan kepadaku dengan memberi kebaikan kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sungguh aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (al-Ahqaf: 15)
Seseorang datang kepada Rasulullah n dan berkata:
يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ: أُمُّكَ. قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: أُمُّكَ. قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: أُمُّكَ. قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: أَبُوْكَ
“Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak untuk aku berlaku baik kepadanya?” Beliau menjawab, “Ibumu.” “Kemudian siapa ?” tanya si lelaki. “Ibumu,” jawab Rasulullah. “Lalu siapa lagi?” tanya orang itu lagi. “Ibumu,” jawab Rasulullah untuk ketiga kalinya. Saat orang itu bertanya lagi, “Lalu siapa?” Rasulullah mengatakan, “Ayahmu.”
Berdasar hadits di atas, hak ibu untuk mendapatkan kebaikan dari anaknya tiga kali lipat daripada hak ayah.
Allah l berfirman menyinggung peran seorang istri dalam kehidupan seorang lelaki.
”Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untuk kalian istri-istri dari jenis kalian sendiri, supaya kalian cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antara kalian ada rasa kasih dan sayang (mawaddah wa rahmah). Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (ar-Rum: 21)
Al-Hafizh Ibnu Katsir t menafsirkan firman Allah l di atas, “Mawaddah adalah mahabbah (cinta), sedangkan rahmah adalah kasih sayang. Hal ini karena seorang lelaki menahan seorang wanita (untuk tetap hidup bersamanya sebagai istri) mungkin karena ia mencintai si wanita atau ia menyayanginya karena mendapatkan anak dari si wanita.” (Tafsir Ibni Katsir)
Sungguh, peran tiada banding telah dilakukan seorang istri yang namanya harum sepanjang sejarah perjalanan anak manusia, Khadijah bintu Khuwailid, semoga Allah l meridhainya. Sosok istri yang terus dikenang oleh Khairul Anam, Muhammad n. Khadijah telah memberikan pengaruh yang sangat besar dalam menenangkan rasa takut yang sempat menyergap Rasulullah n tatkala Jibril turun membawa wahyu pertama kali kepada beliau di Gua Hira. Rasulullah n menemui istrinya dalam keadaan gemetar seraya memerintahkan, “Selimuti aku, selimuti aku! Sungguh aku mengkhawatirkan diriku.”
Mengalirlah tutur kata penuh kebaikan dari lisan Khadijah, membiaskan ketenangan dalam dada suaminya, “Tidak, demi Allah! Allah tidak akan merendahkanmu selama-lamanya. Sesungguhnya engkau adalah orang yang suka menyambung kekerabatan, menanggung beban orang yang kesusahan, memberi harta kepada orang yang tidak memiliki, menjamu tamu, dan membantu orang yang membela kebenaran.”
Dalam bidang ilmu dan dakwah, kita tidak lupa dengan peran ash-Shiddiqah Aisyah bintu ash-Shiddiq c, istri tercinta Rasulullah n, yang tokoh-tokoh sahabat banyak mengambil hadits darinya. Demikian pula kebanyakan wanita mengambil hukum-hukum yang berkaitan dengan diri mereka dari Aisyah x.
Pada masa lalu yang tidak terlalu jauh dari kita, di zaman al-Imam Muhammad ibnu Su’ud t, istrinya menasihatinya agar menerima dakwah al-Imam al-Mujaddid Muhammad ibnu Abdil Wahhab t, tatkala beliau menawarkan dakwahnya kepada Ibnu Su’ud1. Nasihat sang istri kepada sang suami ini sungguh berpengaruh besar dalam terjalinnya kesepakatan antara keduanya untuk memperbarui dakwah dan menyebarkannya. Sekarang kita bisa merasakan, alhamdulillah, pengaruh dakwah tersebut dengan tertancapnya akidah tauhid pada anak-anak jazirah ini.
Tidak pula saya sangsikan bahwa ibu saya memiliki keutamaan yang besar dan pengaruh yang tidak kecil dalam mendorong saya untuk belajar dan membantu saya dalam menuntut ilmu. Semoga Allah l melipatgandakan pahala bagi beliau atas kebaikan yang diberikannya kepada saya.
Sebagai akhir, tidak pula kita ragukan bahwa rumah yang dipenuhi dengan mawaddah, mahabbah, kasih sayang, dan tarbiyah Islamiah akan memberikan pengaruh bagi seseorang. Dengan izin Allah l, orang tersebut akan diberi taufik dalam urusannya, sukses dalam pekerjaan apa saja yang dia upayakan, baik dalam menuntut ilmu, usaha perdagangan, perkebunan, maupun pekerjaan lainnya.
Hanya kepada Allah l saya memohon agar memberi taufik kepada semuanya kepada apa yang dicintai dan diridhai-Nya. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi kita Muhammad, segenap keluarga, dan para sahabatnya.
Wallahu ta’ala a’lamu bish-shawab.
(Disusun kembali dengan sedikit perubahan/tambahan dari Majmu’ Fatawa wa Maqalat Mutanawwi’ah, Syaikh Ibnu Baz, 3/348—350, oleh Ummu Ishaq al-Atsariyah)
Catatan Kaki:
1 Dikisahkan, tatkala asy-Syaikh al-Mujaddid Muhammad bin Abdil Wahhab t meninggalkan negeri Uyainah atas permintaan penguasanya karena tak kuasa memberikan pembelaan kepada beliau dan dakwah tauhid yang beliau serukan, beliau menuju ke negeri Dir’iyah, tempat tinggal salah seorang murid terbaiknya, Ibnu Suwailim. Menerima kedatangan sang guru, Ibnu Suwailim merasa takut dan gelisah. Ia mengkhawatirkan keselamatan diri dan gurunya dari ancaman penduduk negeri yang tidak senang dengan dakwah tauhid yang beliau tegakkan. Namun, asy-Syaikh menenangkan si murid, mengajaknya bertawakal kepada Allah l, dan menjanjikan pertolongan Allah l bagi orang yang mau menolong agama-Nya. Dalam keadaan demikian, sampai kabar tentang asy-Syaikh kepada istri penguasa Dir’iyah, Muhammad ibnu Su’ud. Wanita salehah ini menawari suaminya untuk memberikan bantuan kepada asy-Syaikh. Ia juga mengingatkan suaminya bahwa kedatangan asy-Syaikh ke negeri mereka adalah nikmat dari Allah l yang digiring oleh Allah l untuknya sehingga sepatutnya bersegera merangkulnya. Si istri ini menyusupkan ketenangan kepada suaminya, membuat suaminya mencintai dakwah asy-Syaikh sekaligus pribadi beliau. Sang suami yang menjabat penguasa ini akhirnya berkata, “Biar dia yang datang kepadaku.”
Istrinya berkata, “Justru hendaknya engkau yang pergi menemuinya. Kalau engkau mengirim orang untuk menyuruhnya mendatangimu, bisa jadi orang-orang akan berkata bahwa amir mencarinya untuk menangkap dan menghukumnya. Namun, kalau engkau yang pergi menemuinya, hal itu merupakan kemuliaan baginya dan bagimu.”
Akhirnya, pergilah sang amir menemui asy-Syaikh di rumah muridnya.
Istrinya berkata, “Justru hendaknya engkau yang pergi menemuinya. Kalau engkau mengirim orang untuk menyuruhnya mendatangimu, bisa jadi orang-orang akan berkata bahwa amir mencarinya untuk menangkap dan menghukumnya. Namun, kalau engkau yang pergi menemuinya, hal itu merupakan kemuliaan baginya dan bagimu.”
Akhirnya, pergilah sang amir menemui asy-Syaikh di rumah muridnya.
“Sebaiknya ibu mengatakan pada anak ibu bahwa sekolah dimana-mana sama saja. Ibu juga sebaiknya harus mendisiplinkan anak ibu bahwa biaya sekolah itu cukup mahal. Anak-anak diajarkan juga untuk mengerti kondisi bahwa orangtua telah menyekolahkan anak dengan susah payah, apalagi bila sekolahnya itu adalah sekolah favorit maka sebaiknya si anak harus beradaptasi dan membiasakan diri dengan hal-hal yang tidak nyaman untuk menjadi nyaman dan berusaha sebaik-baiknya karena peluang sebagai anak yang diterima di sebuah sekolah favorit sangatlah tidak mudah. Seorang anak harus mengerti apa arti syukur. Ibu-ibu ingat, sebuah ayat yang menyatakan bahwa bila kita bersyukur maka akan ditambah nikmatnya, bila tidak bersyukur maka siksaKu sangat pedih, sesuai dengan firman Allah dalam Al Quran surah Ibrahim ayat 7.”
Uraian panjang lebar dari ustadz Ghufron membuat hati bu Maya sangat tidak nyaman. Siapa sih anak di dunia ini yang mau punya suasana sekolah tidak enak. Semua orangtua pastilah sedih bila melihat anaknya tidak mampu beradaptasi dan tidak memiliki kawan di sekolah yang baru, walaupun sekolah tersebut dikenal sebagai sekolah terbaik dan dikenal sebagai sekolah favorit, jadi rebutan dan hanya anak-anak pintar saja yang diterima di sekolah tersebut. Ditambah lagi teori sang ustadz terhadap kondisi anak bu Maya, sungguh hal ini tidak sesuai dan tidak nyaman bagi bu Maya sendiri yang sangat tahu anaknya seperti apa.
Ingin menyanggah sang ustadz, namun waktu bu Maya tidak memungkinkan dan rasanya tidak sopan. Budaya di Indonesia, seorang ustadz atau pembicara adalah benar dan selalu benar, sementara si pendengar adalah pihak yang diberitahu, maka membuat bu Maya menjadi malas untuk menyanggah. Tujuan bu Maya untuk ikut acara seminar pendidikan sehari ini adalah agar mendapatkan ilmu mengenai pendidikan anak. Di sela sesi tanya jawab, bu Maya menanyakan: bagaimana agar anaknya betah di sekolah dan mampu beradaptasi dengan baik karena bila dikeluarkan dari sekolah rasanya sangat sayang karena sekolahnya adalah sekolah favorit yang masuknya pun sangat susah. Namun bu Maya tidak mendapatkan apa yang diinginkannya.
Ya, bu Maya benar dan sang ustadz pun tidak salah.
Tidak ada kata absolut atau mutlak benar untuk sebuah kasus, apalagi kasus tersebut menimpa personal. Maka yang paling tahu apa yang harus dilakukan adalah orangtua anak itu sendiri karena sebuah kasus yang menimpa seorang anak itu dilihat daripada latar belakang keluarga dan backgroundkehidupan sebelumnya. Selain itu masa kecil si anak, perlakuan orangtua pada anak dan banyak lagi, pola asuh orangtua yang sedikit banyak mempengaruhi keadaan dan kehidupan serta kebiasaan si anak, juga mempengaruhi kasus-kasus yang terjadi pada seorang anak.
Teori pendidikan tidak ada yang seratus persen benar atau tepat, yang sebetulnya terjadi adalah cocok atau tidaknya kita dengan teori tersebut, tepat atau tidak teori tersebut dengan kasus kita dan hal ini semua kembali pada keluarga masing-masing. Istilahnya bagaimana mereka mendidik anak, maka kasus-kasus dan penyelesaiannya akan tergantung pada pola didik dan pikiran sang orangtua bukan tergantung pada pendidikan manapun. Jadi seorang ibu atau ayah tidak perlu terlalu repot ikut seminar pendidikan setiap minggu, ikutlah hanya sebagai sarana untuk menambah ilmu dan menambah wawasan. Namun setiap keputusan maupun jalan pendidikan yang dibuat adalah tergantung pada orangtua itu sendiri, tidak tergantung pada seminar maupun teori manapun dan yang jelas solusi setiap anak dalam sebuah keluarga tentu saja berbeda walaupun anak tersebut datang dari rahim yang sama.
Jadi kembali pada kasus diatas, bila bu Maya ataupun banyak orangtua berharap bahwa masalah anaknya akan selesai dengan ceramah sang ustadz atau dengan trainer darimanapun, maka untuk menjawab semua permasalahan anak, ketahuilah bahwa kuncinya ada pada orangtua itu sendiri. Pahamilah sang anak sebagai individu sama sepertinya ketika diri kita juga ingin dapat dipahami dan dimengerti oleh orang lain. Carilah akar permasalahan yang membuat anak tidak betah, baru kemudian dicari solusi yang terbaik dengan tentunya tidak lepas memohon petunjuk dari Allah.
;;
Subscribe to:
Postingan (Atom)