Rabu, 13 November 2013


Di ujung utara Kalimantan Utara, tepatnya di kota Tarakan yang panas terdapat sebuah oase. Oase ini bernama Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan atau yang lebih dikenal sebagai Hutan Mangrove.

Hutan ini terletak di tengah kota Tarakan sehingga pengunjung tak akan mengalami kesukaran menuju lokasi. Kawasan ini terbentuk atas prakarsa Jusuf Serang Kasim, walikota Tarakan pada saat itu yang prihatin dengan makin terkikisnya kawasan mangrove oleh pemukiman dan industri. Maka dibentuklah kawasan konservasi yang saat ini mempunyai luas sekitar 20 hektar.

Terdapat ribuan pohon bakau berusia puluhan bahkan ratusan tahun di hutan ini yang sanggup menghalangi sinar matahari yang terkenal garang di kota Tarakan. Akan terasa sekali bedanya jika kita masuk ke dalam hutan ini, dari suasana panas menyengat khas Tarakan langsung tergantikan kesejukan hutan alami. Selain bakau, yang menjadi maskot hutan ini adalah Bekantan, monyet pemalu berbulu oranye yang punya hidung panjang sehingga sering juga disebut sebagai Monyet Belanda.
Kawasan ini terletak di Jalan Gadjah Mada, disebelah barat kompleks pertokoan Gusher di Simpang Tiga THM. Akses menuju tempat ini sangat mudah, sebab angkutan kota melewati kawasan ini. Dari Bandar Udara Juwata hanya diperlukan waktu sepuluh menit untuk mencapai kawasan Hutan Mangrove. Tersedia taksi dan angkutan kota dari bandara. Harga tiket masuk ke Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan ini sangat murah, hanya lima ribu rupiah per orang. Selain Pantai Amal, Hutan Mangrove ini merupakan tujuan utama wisata di kota Tarakan.

0 komentar:

Posting Komentar