Jumat, 20 September 2013
Tahun 1941, Mak Syukur memikul tempat panggang dan berjalan sekitar empat kilometer dari Padang Panjang ke arah Batusangkar untuk menjajakan sate. Abad ke-21 ini, keturunan Mak Syukur tinggal menanti pelanggan mampir ke rumah makan. Nama almarhum Mak Syukur—sebutan untuk Sutan Rajo Endah—memang sudah terkenal sebagai penjaja sate di Padang Panjang, sebuah kota yang terletak di perlintasan antara Padang-Bukittinggi, Sumatera Barat. Kata ”Mak” dalam bahasa Minang merupakan akronim dari mamak yang berarti panggilan untuk laki-laki dewasa.
Hingga kini, nama Mak Syukur, yang hidup tahun 1911-1985, masih tetap terkenal. Tidak heran bila anak-anak beliau tetap memasang papan nama Sate Mak Syukur. Tetapi, tidak hanya nama saja yang bertahan, warisan rasa sate berkuah kuning kental itu masih tetap enak dinikmati di Kota Padang Panjang, tepatnya di Jalan Sutan Syahrir Silaing Bawah.
Dapur Pembakaran Sate Mak Syukur Padang Panjang |
”Lemak inilah yang membuat rasa sate nikmat. Namun, lemak tidak diikutsertakan manakala sate sudah akan dibakar dan disajikan,” tutur H Syafril Syukur, putra bungsu Mak Syukur, pemilik kedai SMS di Padang Panjang.
Sapi yang dipilih untuk bahan sate juga khusus, yakni sapi yang dibesarkan di Padang Panjang. Dari tes rasa yang dilakukan sejak zaman Mak Syukur, sapi dari Padang Panjang diyakini mempunyai rasa daging yang berbeda. Jumlah pakan yang berlimpah serta udara khas Padang Panjang dianggap sebagai faktor yang menentukan rasa daging sapi kemudian.
Selain daging sapi, bagian lain yang juga dijadikan sate adalah usus, jantung, dan lidah sapi. Syafril berpesan agar pembeli yang sudah mempunyai kadar kolesterol tinggi sebaiknya berhati-hati karena kandungan kolesterol pada usus sapi ini tergolong tinggi. Meskipun ada ancaman kolesterol, ketiga jenis sate ini tetap saja laris. ”Sate usus, lidah, dan jantung sapi ini biasanya cepat habis karena banyak peminat. Kalau sudah siang, pasti sulit mendapatkan sate jenis ini,” papar Nurdin Karim alias Oyong, pimpinan di kedai SMS Padang Panjang.
Porsi atau hidang
Satu porsi SMS berisi tujuh tusuk sate, serta dua buah katupek ukuran kecil atau satu katupek ukuran besar. Pengunjung bisa memesan sate daging, usus, jantung, lidah sapi, atau kombinasi semuanya. Sate bersama katupek ini kemudian diguyur dengan kuah kuning kental yang masih hangat.
Sate Dan Kerupuk Kulit Siap Saji |
Setoples kerupuk jangek alias kerupuk dari kulit sapi atau kulit kerbau juga disajikan untuk teman makan sate. Ukuran kerupuk yang tergolong besar—yakni sekitar 15 sentimeter persegi—bisa juga digunakan untuk menyendok kuah. Senada dengan desain rumah makan yang sederhana, sate Mak Syukur ini disajikan di piring kaleng. Sajian menjadi berkesan dengan alas daun pisang yang menutupi seluruh sisi piring. Daun pisang yang dipilih adalah daun pisang yang masih berwarna hijau. Daun pisang ini bisa juga disobek untuk dijadikan sendok kuah.
”Kami memang sengaja memakai daun pisang yang masih segar karena daun pisang itu memberikan aroma tersendiri yang menambah kelezatan menyantap sate,” kata Oyong. Disajikan lengkap dengan bawang goreng, satu porsi sate ini cocok dinikmati di tengah suasana dingin Kota Padang Panjang yang terletak di perbukitan. ”Kalau sedang di jalan menuju Bukittinggi, yang dibayangkan adalah menyantap Sate Mak Syukur ini. Hangatnya kuah sate serta rasa sate itu sendiri terasa pas di tengah dingin udara,” kata Roza, salah seorang pelanggan Sate Mak Syukur.
Selamat Datang Di Sate Mak Syukur Padang Panjang |
Dalam satu hari, sekitar 3.000 tusuk sate terjual. Kalau sedang masa liburan, angka penjualan bisa berlipat lebih dua kali lipat. Sumber:Kompas
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar