Jumat, 21 September 2012
Ada seorang cewek yang bernama Vina. Vina duduk di kelas 2 SMK. Dia sedang jatuh cinta terhadap Dimas, cowok yang sudah kuliah yang di kenalin oleh sahabatnya, Vanya. Vina beruntung sekali sudah kenal sama Dimas. Karena selain ganteng, dia juga seseorang yang baik hati, pintar, dan sudah kuliah sambil kerja. Dia selalu saja mengunjungi Vina. Lama – lama Vina juga menyukai Dimas lebih dari seorang teman. Dan diam – diam saja Dimas naksir sahabat Vina, Vanya. Vina tidak mengetahui hal ini. Tapi Vanya sudah tau bahwa Vina menyukai Dimas. Dan dia juga mengetahui bahwa Dimas menyukai dirinya. Vanya tidak mau menyakiti sahabat sendiri. Apalagi Dimas juga mengetahui bahwa Vina menyukainya.
“ Van, apa Dimas suka sama gue??? Gue suka banget sama dia. Elo mau kan bantuin gue??? Tapi elo sebagai sahabat gue harus percaya sama gue dan jangan bilang siapa – siapa…” ucap Vina.
Vina kaget. “ Oke deeh...tapi elo juga harus membuat apa yang di sukai oleh Dimas,”
“ Iya, gue pengen banget ngobrol sama Dimas…” ucap Vina.
Vanya tersenyum lalu dia membelai kepala Vina.
“ Van, apa Dimas suka sama gue??? Gue suka banget sama dia. Elo mau kan bantuin gue??? Tapi elo sebagai sahabat gue harus percaya sama gue dan jangan bilang siapa – siapa…” ucap Vina.
Vina kaget. “ Oke deeh...tapi elo juga harus membuat apa yang di sukai oleh Dimas,”
“ Iya, gue pengen banget ngobrol sama Dimas…” ucap Vina.
Vanya tersenyum lalu dia membelai kepala Vina.
Seminggu kemudian, Dimas lalu mengajak Vanya ketemuan. Vanya kaget banget begitu Dimas nembak Vanya. Vanya emang menganggap Dimas Cuma sebatas sahabat. Karena ia juga mengetahui bahwa Vina mencintai Dimas. Vanya emang nggak mau menyakiti Vina sebagai sahabat. Karena sahabat jauh lebih penting dari pada cowok. Karena sahabat tidak bisa tergantikan di hati.
“ Vanya, gue suka sama elo…Elo mau jadi cewek gue???” tanya Dimas kepada Vanya.
Vanya menggeleng, “ Sorry, gue nggak bisa menerima elo...Soalnya gue Cuma menganggap elo sebagai sahabat, nggak lebih dari itu…”
Dimas langsung kecewa, “ Kenapa, Van??? Gue suka sama elo sejak awal…sejak sebelum ketemu sama Vina,”
Vanya menggeleng, “ Nggak…beneran. Maaf, gue nggak bisa nerima elo. Kan gue udah bilang kalo gue nganggep elo sebagai sahabat. Dan gue lebih sayang sama Vina. Karena gue tahu, DIA MENCINTAI ELO. Dan elo juga tahu bahwa dia mencintai elo. Dan gue tahu semuanya. Dan gue pengen ngebahagiain Vina. Sahabat itu jauh lebih penting dari pada cowok. Dan dia anak yang baik, pintar, tidak macam – macam, dan pintar segala hal. Gue tahu dia sejak kecil. Dan gue nggak mau mengkhianati dia. Dan dia percaya gue. Please, elo mohon ngertiin gue. Gue nggak mau nyakitin Vina. Gue Cuma pengen elo bersatu sama Vina...Gue pengen Vina bahagia...”
Dimas terpaksa tersenyum. Ia malu bahwa cintanya di tolak oleh Vina. “ Ya udah kalo gitu...gue ngerti posisi elo sama Vina. Gue udah tau semuanya. Tapi gue kan belum pantes buat gue. Inilah jalan terbaik...Cuma gue lagi pikir – pikirin dulu deh masalah Vina. Okey…”
“ Oke deh,” Vanya mengangguk. “ Gue minta elo jadian sama Vina, ya!!!” setelah itu Vanya langsung meninggalkan Dimas dengan wajah Dimas yang tertegun.
Esok harinya, Vanya bercerita kepada Vina bahwa Dimas nembak dia. Vina langsung kaget.
“ APA??? Dimas nembak elo kemarin??? Serius lo???” tanya Vina dengan panik. Dari matanya aja sudah mulai melotot.
“ Iya, gue berkata sejujur mungkin dari pada gue sembunyikan ke elo…” jawab Vanya dengan sejujur mungkin.
“ Terus gimana jawaban elo???” tanya Vina dengan kaget.
Vanya tersenyum, “ Gue nolak dia,”
Di dalam hati Vina langsung lega, “ O ya??? Kenapa elo tolak???”
“ Demi elo, Vina...gue nggak mau menyakiti elo sebagai sahabat gue sendiri. Gue sayang banget sama elo. GUE NGGAK MAU MENGKHIANATI ELO SEBAGAI SAHABAT. GUE TAHU SAHABAT ITU NGGAK BISA DI GANTIKAN OLEH HATI DARI PADA COWOK. Kehilangan cowok itu jauh lebih baik. Gue cuman menganggap Dimas itu sebagai sahabat aja,” ucap Vanya.
Vina tersenyum seakan air matanya keluar, “ Vanya, elo serius nolak dia???”
“ Iya, serius...dia mengetahui perasaan elo. Gue mau ngebahagiain elo. Kan gue punya gebetan lain, Nico. Elo tau Nico, kan???” tanya Vanya. Vina mengangguk.
“ Iya, gue yakin Dimas pasti terluka hatinya,” ucap Vina sambil sesenggukan.
“ Iya, tapi ini demi elo, Vina. Gue nggak mau nyakitin elo sebagai sahabat gue. Dan gue mengorbankan Dimas buat elo. Karena gue mencintai cowok lain. Vina, gue pengen elo bahagia…” ucap Vanya sambil mengeluarkan air mata juga.
“ Vanya, thanks banget ya. Karena elo mau mengorbankan cinta gue. Dan elo tau bahwa gue sayang banget sama Dimas. Tapi gue yakin elo sahabat sejati gue,” ucap Vina sambil memeluk Vanya.
Vanya membalas pelukan Vina. Bahwa dia mencintai sahabat juga. Karena ia rela mengorbankan perasaannya sendiri.
“ Please, gue minta elo jadian sama Dimas,” ucap Vanya dengan pelan.
Vina mengangguk.
Seminggu kemudian, Dimas dan Vina lalu ketemuan di pinggir danau. Sedangkan Vanya yang mengatur pertemuan mereka semua. Dan ini semua kejutan Vanya untuk Vina.
“ Hmm, Dimas…apa yang ada di pikiran kamu sekarang???” tanya Vina kepada Dimas.
Dimas melirik Vina sambil tersenyum. Ia sudah mulai jatuh cinta kepada Vina.
“ Kok kamu diam aja???” tanya Vina. “ Apa Vanya masih ada di pikiran kamu????”
Dimas menggeleng.
“ Oh, emang siapa???” tanya Vina.
“ Kamu, Vina!!!” ucap Dimas. “ Kamu mau jadi pacar aku sekarang??? Tentu saja aku mau membahagiakan kamu, Vin!!!”
Vina tersenyum bahagia ketika Dimas mengucapkan itu. Dia lalu mencubit lengannya. Ternyata sakit. Ini bukan mimpi.
“ Vina,” ucap Dimas sambil menggenggam tangan Vina. “ Kita jadian sekarang, yuk!!!”
Vina mengangguk. Dimas tersenyum. Dia lalu memeluk Vina dan mencium kening Vina.
Vanya, terima kasih banyak ya. Karena elo sahabat sejati gue. Ucap Vina di dalam hati.
Esok harinya, Vina lalu bertemu Vanya, “ Vanya, gue bahagia banget...”
“ Kenapa, Vin??? Pasti Dimas, kan??? Heheheeh…” goda Vanya.
“ Ya….iyalaaah…siapa lagi. Ternyata gue jadian sama Dimas,” ucap Vina dengan berbinar – binar.
“ Oh, ya??? Selamet ya...” ucap Vanya sambil menjabat tangan Vina.
“ makasih,” ucap Vina.
“ Bener kan, gue nggak mau nyakitin elo. Coba kalo gue yang jadian sama dia. Elo pasti yang musuhin gue dan babak belur lo. Gue nggak mau elo sampe patah hati gitu,”
“ Terima kasih, elo sahabat yang baik, Van...” ucap Vina sambil menatap Vanya. Ia tahu bahwa persahabatan itu jauh lebih penting. Karena sahabat itu tidak bisa tergantikan di hati. Ia nggak mau teman makan teman. Vina beruntung memiliki sahabat yang baik, pengertian, sabar, dan mau mengorbankan perasaannya untuk Vina. Jarang sekali ada cewek yang kayak Vanya begitu. Vanya sangat benci terhadap PENGKHIANATAN SAHABAT.
THE END
“ Vanya, gue suka sama elo…Elo mau jadi cewek gue???” tanya Dimas kepada Vanya.
Vanya menggeleng, “ Sorry, gue nggak bisa menerima elo...Soalnya gue Cuma menganggap elo sebagai sahabat, nggak lebih dari itu…”
Dimas langsung kecewa, “ Kenapa, Van??? Gue suka sama elo sejak awal…sejak sebelum ketemu sama Vina,”
Vanya menggeleng, “ Nggak…beneran. Maaf, gue nggak bisa nerima elo. Kan gue udah bilang kalo gue nganggep elo sebagai sahabat. Dan gue lebih sayang sama Vina. Karena gue tahu, DIA MENCINTAI ELO. Dan elo juga tahu bahwa dia mencintai elo. Dan gue tahu semuanya. Dan gue pengen ngebahagiain Vina. Sahabat itu jauh lebih penting dari pada cowok. Dan dia anak yang baik, pintar, tidak macam – macam, dan pintar segala hal. Gue tahu dia sejak kecil. Dan gue nggak mau mengkhianati dia. Dan dia percaya gue. Please, elo mohon ngertiin gue. Gue nggak mau nyakitin Vina. Gue Cuma pengen elo bersatu sama Vina...Gue pengen Vina bahagia...”
Dimas terpaksa tersenyum. Ia malu bahwa cintanya di tolak oleh Vina. “ Ya udah kalo gitu...gue ngerti posisi elo sama Vina. Gue udah tau semuanya. Tapi gue kan belum pantes buat gue. Inilah jalan terbaik...Cuma gue lagi pikir – pikirin dulu deh masalah Vina. Okey…”
“ Oke deh,” Vanya mengangguk. “ Gue minta elo jadian sama Vina, ya!!!” setelah itu Vanya langsung meninggalkan Dimas dengan wajah Dimas yang tertegun.
Esok harinya, Vanya bercerita kepada Vina bahwa Dimas nembak dia. Vina langsung kaget.
“ APA??? Dimas nembak elo kemarin??? Serius lo???” tanya Vina dengan panik. Dari matanya aja sudah mulai melotot.
“ Iya, gue berkata sejujur mungkin dari pada gue sembunyikan ke elo…” jawab Vanya dengan sejujur mungkin.
“ Terus gimana jawaban elo???” tanya Vina dengan kaget.
Vanya tersenyum, “ Gue nolak dia,”
Di dalam hati Vina langsung lega, “ O ya??? Kenapa elo tolak???”
“ Demi elo, Vina...gue nggak mau menyakiti elo sebagai sahabat gue sendiri. Gue sayang banget sama elo. GUE NGGAK MAU MENGKHIANATI ELO SEBAGAI SAHABAT. GUE TAHU SAHABAT ITU NGGAK BISA DI GANTIKAN OLEH HATI DARI PADA COWOK. Kehilangan cowok itu jauh lebih baik. Gue cuman menganggap Dimas itu sebagai sahabat aja,” ucap Vanya.
Vina tersenyum seakan air matanya keluar, “ Vanya, elo serius nolak dia???”
“ Iya, serius...dia mengetahui perasaan elo. Gue mau ngebahagiain elo. Kan gue punya gebetan lain, Nico. Elo tau Nico, kan???” tanya Vanya. Vina mengangguk.
“ Iya, gue yakin Dimas pasti terluka hatinya,” ucap Vina sambil sesenggukan.
“ Iya, tapi ini demi elo, Vina. Gue nggak mau nyakitin elo sebagai sahabat gue. Dan gue mengorbankan Dimas buat elo. Karena gue mencintai cowok lain. Vina, gue pengen elo bahagia…” ucap Vanya sambil mengeluarkan air mata juga.
“ Vanya, thanks banget ya. Karena elo mau mengorbankan cinta gue. Dan elo tau bahwa gue sayang banget sama Dimas. Tapi gue yakin elo sahabat sejati gue,” ucap Vina sambil memeluk Vanya.
Vanya membalas pelukan Vina. Bahwa dia mencintai sahabat juga. Karena ia rela mengorbankan perasaannya sendiri.
“ Please, gue minta elo jadian sama Dimas,” ucap Vanya dengan pelan.
Vina mengangguk.
Seminggu kemudian, Dimas dan Vina lalu ketemuan di pinggir danau. Sedangkan Vanya yang mengatur pertemuan mereka semua. Dan ini semua kejutan Vanya untuk Vina.
“ Hmm, Dimas…apa yang ada di pikiran kamu sekarang???” tanya Vina kepada Dimas.
Dimas melirik Vina sambil tersenyum. Ia sudah mulai jatuh cinta kepada Vina.
“ Kok kamu diam aja???” tanya Vina. “ Apa Vanya masih ada di pikiran kamu????”
Dimas menggeleng.
“ Oh, emang siapa???” tanya Vina.
“ Kamu, Vina!!!” ucap Dimas. “ Kamu mau jadi pacar aku sekarang??? Tentu saja aku mau membahagiakan kamu, Vin!!!”
Vina tersenyum bahagia ketika Dimas mengucapkan itu. Dia lalu mencubit lengannya. Ternyata sakit. Ini bukan mimpi.
“ Vina,” ucap Dimas sambil menggenggam tangan Vina. “ Kita jadian sekarang, yuk!!!”
Vina mengangguk. Dimas tersenyum. Dia lalu memeluk Vina dan mencium kening Vina.
Vanya, terima kasih banyak ya. Karena elo sahabat sejati gue. Ucap Vina di dalam hati.
Esok harinya, Vina lalu bertemu Vanya, “ Vanya, gue bahagia banget...”
“ Kenapa, Vin??? Pasti Dimas, kan??? Heheheeh…” goda Vanya.
“ Ya….iyalaaah…siapa lagi. Ternyata gue jadian sama Dimas,” ucap Vina dengan berbinar – binar.
“ Oh, ya??? Selamet ya...” ucap Vanya sambil menjabat tangan Vina.
“ makasih,” ucap Vina.
“ Bener kan, gue nggak mau nyakitin elo. Coba kalo gue yang jadian sama dia. Elo pasti yang musuhin gue dan babak belur lo. Gue nggak mau elo sampe patah hati gitu,”
“ Terima kasih, elo sahabat yang baik, Van...” ucap Vina sambil menatap Vanya. Ia tahu bahwa persahabatan itu jauh lebih penting. Karena sahabat itu tidak bisa tergantikan di hati. Ia nggak mau teman makan teman. Vina beruntung memiliki sahabat yang baik, pengertian, sabar, dan mau mengorbankan perasaannya untuk Vina. Jarang sekali ada cewek yang kayak Vanya begitu. Vanya sangat benci terhadap PENGKHIANATAN SAHABAT.
THE END
DMCA Protection on: http://www.lokerseni.web.id/2012/07/cerpen-cinta-remaja-bukti-cinta-seorang.html#ixzz2Cfgf1jIp
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar