Sabtu, 22 September 2012

Impian Sederhana


Oleh: Aminatur Rohmah



Di sebuah kota kecil di jateng, tinggallah seorang ibu dan anak gadisnya disebuah rumah yang sederhana. Hanun, itu nama anak gadis yang kini sudah abg. Hanun baru kelas dua SMA. Dia sudah tidak punya ayah. Ayahnya meninggal waktu hanun berusia lima tahun. Sudah begitu dia sering kesepian karena gak punya saudara yang bisa di ajak main. Kehidupan mereka sederhana, ibunya bekerja dengan membuka warung makan kecil-kecillan, kadang hanun membuat kerajinan tangan dari barang bekas untuk menambah penghasilan.

“sudah nun, kalau capek kamu tidur dulu, besok berangkat pagi kan?” kata ibunya, sewaktu hanun membantu ibunya membereskan warung yang mau tutup.

“gak pa pa bu, hanun belum capek, masih pengen bantu ibu, dari pada gak ada kerjaan”

“ya sudah, tapi kalau lelah, jangan dipaksakan ya, ibu nggak mau sekolahmu terganggu”

“iya bu”

......................


Pagi harinya hanun berangkat sekolah dengan semangat seperti biasa.

“eh, nanti katanya jamnya bu elsa kosong” kata nina temennya hanun

“yang bener? Napa kosong?”

“kurang tau sih, kata ketua kelas sih gitu, nanti Cuma dikasih tugas merangkum”

“hehe,bagus deh” sekelas pasti seneng banget kalo bu elsa, guru paling galak itu tidak mengajar.

Waktu pulang sekolah, hanun melihat cewek yang kayaknya seumuran dia, cewek itu berjilbab, wajahnya seperti bercahaya dan tidak membosankan untuk terus menerus dilihat. Hanun merasa kagum, wanita itu seperti bidadari pikirnya. Dia suka melihat wanita itu. Entah kenapa tiba2 dia jadi pengen pake jilbab. Tapi dia segera bangun dari lamunannya. Dia sadar, untuk bayar uang sekolah aja kadang bisa kurang. Apalagi membeli segala keperluan untuk berjilbab. Tapi hanun tetap bertekad mewujudkan impiannya itu, dia ingin mencapainya dengan usahanya sendiri. Dia tidak tega meminta uang ibunya.


.............................

“mungkin gak ya aku bisa berjilbab dengan usahaku sendiri?” kata hanun dalam hati.

“aku harus lebih bekerja keras lagi mulai sekarang, harus!”

Sejak saat itu hanun semakin rajin membantu ibunya. Membuat kerajinan tangan, dan dia juga melamar menjadi penyiar radio distasiun radio daerahnya, setelah mengalami beberapa proses, akhirnya hanun diterima menjadi penyiar radio dan membawakan acara pada malam hari karena pagi,siang,sore dia harus sekolah dan membantu ibunya.

Dengan kerja kerasnya, hanun bisa mengumpulkan uang sedikit demi sedikit, meskipun sekolah sambil bekerja, tapi nilainya tidak pernah jeblog. Karena hanun emang anak yang cerdas.

Kadang dia ingat ayahnya. “ayah pasti seneng kalo aku udah berjilbab” katanya dalam hati.


....................................

Setelah beberapa kali menabung dari hasil kerjanya. Akhirnya dia berhasil mengumpulkan uang yang lumayan banyak. Tanpa berpikir lama, dia langsung membeli apa yang dia butuhkan. Dia membeli barang2 kebutuhannya yang harganya terjangkau saja untuknya. Tidak terlalu banyak dan seperlunya saja.

Pada hari itu, hanun resmi berjilbab, waktu ibunya pulang, dia menemui ibunya untuk meminta pendapat dan memberitahu kalo dia akan berjilbab mulai sekarang. Itung2 sebagai kejutan untuk ibunya.

“bu, sekarang hanun mau berjilbab, menurut ibu bagaimana?”

“alhamdulillaaah, ibu senang sekaliii, jadi akhir2 ini kamu rajin bekerja agar bisa berjilbab? Kenapa tidak bilang sama ibu? Insya Alloh ibu kan bisa bantu”

“tapi, hanun kan pengen buat kejutan, hhehe”

“ayahmu pasti bangga” kemudian senyum mereka mengembang.

END

0 komentar:

Posting Komentar