Sabtu, 23 Februari 2013

KISAH NABI SALEH as.

KISAH NABI SALEH



Berlalulah hari demi hari. Lahirlah sebagian pria dan matilah sebagian yang lain. Setelah kaum 'Ad, datanglah kaum Tsamud. Lagi-lagi azab berulang kepada kaum Tsamud dalam bentuk yang lain. Kaum Tsamud juga menyembah berhala kemudian Allah SWT mengutus Nabi Saleh kepada mereka. Nabi Saleh berkata kepada kaumnya:

"Wahai kaumku, sembahlah Allah yang tiada Tuhan lain bagi kalian selain-Nya. " (QS. Hud: 61)

Kalimat yang sama yang disampaikan oleh setiap nabi, dan kalimat tersebut tidak pernah berubah sebagaimana kebenaran tidak pernah berubah. Para pembesar kaum Nabi Saleh terkejut dengan apa yang dikatakannya. Beliau menyatakan bahwa tuhan mereka tidak memiliki nilai yang berarti. Beliau melarang mereka untuk menyembahnya dan memerintahkan mereka hanya menyembah Allah SWT.

Dakwah Nabi Saleh cukup menggoncangkan masyarakat. Nabi Saleh terkenal dengan kejujuran dan kebaikan. Kaumnya sangat menghormatinya sebelum Allah SWT mengutusnya dan memberikan wahyu padanya untuk berdakwah kepada mereka. Kaum Nabi Saleh berkata:

"Hai Saleh, sesungguhnya kamu sebelum ini adalah seorang di antara kami yang kami harapkan, apakah kamu melarang kami untuk menyembah apa yang disembah oleh bapak-bapak kami? Dan sesung­guhnya kami betul-betul dalam keraguan yang mengelisahkan terhadap agama yang kamu serukan kepada kami. " (QS. Hud: 62)

Renungkanlah bagaimana pandangan orang-orang kafir dari kaum Nabi Saleh: "Sesungguhnya engkau sangat kami harapkan karena kaluasan ilmumu, kematangan akalmu, kejujuranmu dan kebaikanmu. Kemudian hilanglah harapan kami terhadapmu. Apakah engkau akan melarang kami untuk menyembah apa yang disembah oleh kakek-kakek kami. Alangkah celakanya! Kami tidak berharap engkau mencela tuhan-tuhan kami yang kami mendapati orang tua-orang tua kami menyembahnya."

Demikianlah kaum Nabi Saleh merasa bingung di hadapan kebenaran dan mereka heran terhadap saudara mereka Saleh yang mengajak mereka untuk menyembah Allah SWT. Mengapa? Karena mereka tidak memiliki alasan dan pemikiran yang benar. Mereka hanya beralasan bahwa kakek-kakek mereka menyembah tuhan-tuhan ini. Demikianlah taklid yang menyebabkan manusia ter-jerumus dalam kesesatan. Dan Nabi datang untuk menghilangkan taklid buta ini. Akidah tauhid disebarkan sebagai dakwah untuk membebaskan pikiran dari segala belenggu, yaitu suatu dakwah yang membebaskan akal manusia dari belenggu taklid, khurafat orang-orang dulu, dan khayalan tradisi yang mapan. Inilah dakwah tauhid yang menyuarakan kebebasan akal dan segala bentuk kebebasan lainnya.

Dakwah tersebut tidak akan ditentang kecuali oleh orang-orang yang akalnya terpasung oleh pemikiran orang-orang dulu dan khayalan orang-orang tua. Meskipun dakwah Nabi Saleh disampaikan dengan penuh ketulusan, namun kaumnya tidak mempercayainya. Mereka justru meragukan dakwahnya. Mereka mengira bahwa Nabi Saleh tersihir. Mereka meminta kepadanya agar ia mendatangkan mukjizat ynag membuktikan bahwa ia memang utusan Allah SWT. Allah SWT berkehendak untuk mengabulkan permintaan mereka. Kaum Tsamud mengukir rumah-rumah besar dari gunung. Mereka menggunakan batu-batu besar untuk membangun. Mereka adalah orang-orang yang kuat yang Allah SWT membuka pintu rezeki bagi mereka dari segala hal. Mereka datang setelah kaum 'Ad lalu mereka tinggal di bumi dan memakmurkannya. Nabi Saleh berkata kepada kaumnya ketika mereka meminta mukjizat kepadanya:

"Hai kaumku, inilah unta betina dari Allah sebagai mukjizat (yang menunjukkan kebenaran) untukmu, sebab itu biarkanlah dia, makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apa pun yang akan menyebabkan kamu ditimpa azab yang dekat." (QS. Hud: 64)

Yang dimaksud ayat dalam surah tersebut adalah mukjizat. Diriwayatkan bahwa unta itu merupakan mukjizat karena batu gunung pada suatu hari terpecah dan keluar darinya unta, dan keluar di belakangnya anaknya yang kecil. la lahir melalui cara yang tidak umum dalam proses kelahiran. Diriwayatkan juga bahwa ia merupakan mukjizat karena ia minum air yang terdapat di sumur-sumur pada suatu hari lalu binatang-binatang yang lain tidak berani mendekati air itu pada hari tersebut. Ada riwayat lain mengatakan bahwa ia merupakan mukjizat karena ia mengeluarkan susu yang mencukupi untuk dipakai minum oleh seluruh manusia di hari di mana ia minum seluruh air sehingga tidak ada sedikit pun yang tersisa darinya. Unta ini merupakan mukjizat di mana Allah SWT menyifatinya dengan sebutan: "naqatullah" (unta Allah). Itu berarti bahwa unta tersebut bukan unta biasa, namun ia merupakkan mukjizat dari Allah SWT. Allah SWT menurunkan perintah kepada Nabi Saleh agar beliau melarang kaumnya untuk mengganggunya atau membunuhnya. Beliau memerintahkan mereka untuk membiarkannya, makan di bumi Allah SWT dan tidak menyakitinya. Beliau mengingatkan mereka bahwa ketika mereka mencoba untuk mengganggunya, maka mereka akan mendapatkan siksaan dalam waktu dekat.

Mula-mula kaum Tsamud sangat terheran-heran ketika melihat unta lahir dari batu-batuan gunung. Ia adalah unta yang diberkati di mana susunya cukup untuk ribuan laki-laki, wanita, dan anak-anak kecil. Jika unta itu tidur di suatu tempat, maka binatang-binatang lain akan menyingkir darinya. Jelas sekali ia bukan unta biasa, namun ia merupakan tanda-tanda kebesaran dari Allah SWT. Unta itu hidup di tengah-tengah kaum Nabi Saleh. Berimanlah orang-orang yang beriman di antara mereka dan sebagian besar mereka tetap berada dalam penentangan dan kekafiran. Kebencian terhadap Nabi Saleh berubah menjadi kebencian kepada unta yang diberkati itu. Mulailah mereka membikin persekongkolan untuk melawan unta itu. Orang-orang kafir sangat membenci mukjizat yang agung ini dan mereka membuat rencana jahat untuk melenyapkannya. Sebagaimana biasanya, para tokoh-tokoh kaumnya berkumpul untuk membuat, makar. Allah SWT berfirman:

"Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka, Saleh. Ia berkata: 'Hat kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata kepadamu dari Tuhanmu. Unta betina Allah ini menjadi tanda bagimu, maka biarkanlah dia, makan di bumi Allah, dan janganlah kamu mengganggunya, dengan gangguan apa pun, (yang karenanya) kamu akan ditimpa siksaan yang pedih. Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikan kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum 'Ad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah;, maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan. Pemuka-pemuka yang menyombongkan diri di antara kaumnya berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah yang telah beriman di antara mereka: 'Tahukah kamu bahwa Saleh diutus (menjadi rasul) oleh Tuhannya ?' Mereka menjawab: 'Sesungguhnya kami beriman kepada wahyu yang Saleh diutus untuk menyampaikannya.' Orang-orang yang menyombongkan diri berkata: 'Sesungguhnya kami adalah orang yang tidak percaya kepada apa yang kamu imani itu." (QS. al-AVaf: 73-76)

Nabi Saleh menyeru kaumnya dengan penuh kasih sayang dan cinta. Beliau mengajak mereka untuk hanya menyembah Allah SWT dan mengingatkan mereka bahwa Allah SWT telah mengeluarkan mukjizat bagi mereka, yaitu unta. Mukjizat itu sebagai bukti akan kebenaran dakwahnya. Beliau memohon kepada mereka agar mereka membiarkan unta itu memakan dari hasil bumi, dan setiap bumi adalah bumi Allah SWT. Beliau juga mengingatkan mereka agar jangan sampai mengganggunya karena yang demikian itu dikhawatirkan akan mendatangkan azab bagi mereka. Bahkan beliau mengingatkan mereka dengan nikmat-nikmat Allah SWT yang turun kepada mereka: "Bagaimana Dia menjadikan mereka penguasa-penguasa yang datang setelah kaum 'Ad, bagaimana Dia memberi mereka istana dan gunung-gunung yang terukir serta berbagai kenikmatan dan kekuatan."

Demikianlah yang dilakukan oleh Nabi Saleh namun kaumnya justru menjawabnya dengan jawaban yang aneh. Mereka tidak menghiraukan nasihat Nabi mereka. Mereka menemui orang-orang yang beriman kepada Nabi Saleh. Mereka bertanya dengan pertanyaan yang tujuan untuk merendahkan dan mengejek: "Apakah kalian mengetahui bahwa Saleh seseorang yang diutus dari Tuhan­nya?" Pertanyaan ini tidak pantas dikemukakan setelah mereka melihat mukjizat unta. Alhasil, mereka merendahkan pengikut Nabi Saleh dan mengejeknya.

Sekelompok kecil yang beriman kepada Nabi Saleh berkata: "Sesungguhnya kami percaya dengan apa yang dibawa oleh Nabi Saleh." Perhatikanlah jawaban orang-orang mukmin. Jawaban terse­but sangat bertentangan dengan jawaban para pembesar dari kaum Nabi Saleh. Para pembesar itu justru meragukan kenabian Saleh sedangkan orang-orang mukmin itu menegaskan kepercayaan mereka terhadap kebenaran yang dibawa oleh Nabi Saleh.

Kebenaran yang dibawa oleh Nabi Saleh tidak berhubungan dengan unta itu, namun berhubungan dengan dakwahnya dan ajarannya. Mereka mengatakan: "Kami mengimani apa yang dibawa oleh Nabi Saleh," dan mereka tidak mengatakan: "Kami beriman kepada untanya." Mereka tidak mengatakan bahwa unta itu yang menetapkan kenabian Saleh. Orang-orang mukmin lebih memper­hatikan kebenaran ajaran yang dibawa oleh Nabi Saleh, bukan memperhatikan mukjizat yang luar biasa itu. Melalui dialog tersebut kita dapat melihat sikap orang-orang kafir di mana mereka justru merasa mulia dengan penentangan terhadap kebenaran: "Orang-orang yang menyombongkan diri berkata: 'Sesungguhnya kami adalah orang yang tidak percaya kepada apa yang kamu imani itu. "

Demikianlah penghinaan mereka, kesombongan mereka, dan kemarahan mereka. Rasa-rasanya sia-sia untuk mencari dalil yang dapat memuaskan orang-orang kafir saat berdialog dengan mereka. Mereka selalu menolak kebenaran, padahal mereka orang-orang yang merdeka dalam memilih kebenaran itu.

Malam mulai menyelimuti kota Tsamud. Gunung-gunung yang kokoh menjulang dan melindungi rumah-rumah yang terukir di dalamnya. Dinyalakanlah lampu-lampu dalam istana yang terukir di gunung itu. Gelas-gelas minuman diputarkan di antara mereka. Tidak ada seorang pun dari tokoh-tokoh kaum yang tidak hadir dipertemuan penting itu. Dimulailah pertemuan dan terjadilah dia­log. Salah seorang kaflr berkata:

"Bagaimana kita akan mengikuti saja seorang manusia (biasa) di antara kita? Sesungguhnya kalau kita begitu benar-benar dalam keadaan sesat dan gila. " (QS. al-Qamar: 24)

Sementara yang lain menjawab:

"Apakah wahyu itu diturunkan kepadanya di antara kita? Sebenarnya dia adalah seorang yang amat pendusta lagi sombong. " (OS. al-Oamar: 25)

(QS. al-Qamar: 25)

Gelas-gelas minuman kembali diputar di antara mereka, dan pembicaraan beralih dari Saleh ke unta Allah SWT. Salah seorang kafir berkata: "Jika datang musim panas, maka unta itu mendatangi lembah yang dingin sehingga binatang-binatang ternak yang lain lari darinya dan kepanasan." Seorang kafir lagi berkata: "Jika datang musim dingin unta itu mencari tempat penghangat, lalu ia istirahat di situ sehingga binatang-binatang ternak kita lari darinya dan menuju tempat yang dingin sehingga terancam kematian."

Gelas-gelas minuman kembali diputar dan bergoyang di tangan orang-orang yang meminum. Salah seorang yang duduk memerintahkan agar perempuan yang menyanyi berhenti dari nyanyiannya karena ia sedang berpikir. Kemudian kesunyian menghantui segala penjuru. Orang itu mulai berpikir sambil meminum dua gelas minuman keras, dan dengan suara pelan ia berkata: "Hanya ada satu cara." Orang-orang yang duduk di sekitarnya bertanya: "Bagaimana jalan keluarnya?" Tokoh mereka berkata: "Kita harus melenyapkan Saleh dari jalan kita. Yang saya maksud adalah untanya. Kita harus membunuh untanya dan setelah itu kita akan membunuh Saleh." Demikanlah cara yang dilakukan orang-orang yang kafir sepanjang sejarah. Demikianlah senjata yang digunakan oleh mereka dalam menghadapi kebenaran. Mereka tidak menggunakan akal sehat atau adu argumentasi, tapi mereka justru menggunakan kekuatan fisik. Bagi mereka, ini adalah cara yang paling aman. Pembunuhan akan menyelesaikan masalah. Namun salah seorang di antara mereka berkata: "Bukankah Saleh mengingatkan kita akan azab yang keras jika kita sampai menyakiti unta itu." Namun, orang-orang yang duduk di majelis itu segera memadamkan suara orang itu dengan dua gelas arak.

Kemudian percakapan dimulai tentang Saleh: "Berapakali kita putus asa dan dibuat kecewa olehnya. Sebaik-baik jalan adalah membunuhnya. Mula-mula kita membunuh untanya setelah itu kita akan menghabisi Saleh." "Namun siapa gerangan yang berani membunuhnya?" Pertanyaan itu menciptakan keheningan di antara mereka. Setelah beberapa saat, salah seorang mereka mengangkat suara: "Saya mengenal seseorang yang dapat membunuh­nya." Lalu nama demi nama berputar di antara mereka sehingga mereka menyebut seorang penjahat yang selalu membikin kerusakan di muka bumi dan ia suka mabuk-mabukan. Ia mempunyai kelompok penjahat di kota.

"Dan di kota itu ada sembilan orang laki-laki yang membuat kerusakhan di muka bumi, dan mereka tidak berbuat kebaikan." (QS. an-Naml: 48)

Mereka adalah alat-alat kejahatan. Mereka adalah penjahat-penjahat kota yang terkenal. Mereka sepakat untuk melaksanakan kejahatan. Kegelapan semakin menyelimuti gunung. Kemudian datanglah malam tragedi. Unta yang diberkati itu sedang tidur dan mendekap anaknya yang kecil di dadanya. Anaknya yang kecil itu merasakan kedinginan dan mendapatkan kehangatan di sisi ibunya. Sembilan orang penjahat tersebut telah menyiapkan senjata mereka, pedang mereka dan tombak mereka. Mereka keluar di kegelapan malam, dan pemimpin mereka banyak minum khamer sehingga ia hampir tidak melihat apa yang di depannya.

"Maka mereka memanggil kawannya, lalu kawannya menangkap (unta itu) dan membunuhnya." (QS. al-Qamar: 29)

Sembilan laki-laki itu menyerang unta itu, lalu ia bangkit dan bangunlah anaknya dalam keadaan takut. Akhiranya, darah unta itu terkucur dan anaknya pun terbunuh. Nabi Saleh mengetahui apa yang terjadi, lalu beliau keluar dalam keadaan marah untuk menemui kaumnya. Beliau berkata kepada mereka: "Bukankah aku telah mengingatkan agar kalian jangan mengganggu unta itu." Mereka menjawab: "Kami memang telah membunuhnya, maka datangkanlah siksaan kepada kami jika engkau mampu. Bukankah engkau berkata bahwa engkau termasuk utusan Tuhan." Nabi Saleh berkata kepada kaumnya:

"Bersukarialah kamu sekalian di rumahmu selama tiga hari. Itu adalah janji yang tidak dapat didustakan." (QS. Hud: 65)

Setelah itu, Nabi Saleh meninggalkan kaumnya. Kemudian datanglah janji Allah SWT untuk menghancurkan mereka setelah tiga hari. Berlalulah tiga hari siksaan atas orang-orang kafir dan mereka menunggu-nunggu azab yang datang. Maka pada hari keempat langit terpecah melalui teriakan yang keras di mana teriakan itu menghancurkan gunung dan membinasakan apa saja yang ada di dalamnya. Kemudian bumi berguncang dan menghancurkan apa saja yang di atasnya. Itu adalah satu teriakan saja yang membuat kaum Nabi Saleh hancur berantakan. Allah SWT berfirman:

"Sesungguhnya Kami akan mengirimkan unta betina sebagai cobaan bagi mereka, maka tunggulah (tindahan) mereka dan bersabarlah. Dan beritakanlah kepada mereka bahwa sesungguhnya air itu terbagi antara mereka (dengan unta bertina itu); tiap-tiap giliran minum dihadiri (oleh yang punya giliran). Maka, mereka memanggil kawannya, lalu kawannya menangkap (unta itu) dan membunuhnya. Alangkah dahsyatnya azab-Ku dan ancaman-ancaman-Ku. Sesungguhnya Kami menimpakan atas mereka satu suara yang keras mengguntur, maka jadilah mereka seperti rumput-rumput kering (yang dikumpulkan oleh) yang punya kandang binatang. " (QS. al-Qamar: 27-31)

Mereka hancur semua sebelum mengetahui apa yang terjadi. Sedangkan orang-orang yang beriman bersama Nabi Saleh, mereka telah meninggalkan tempat tersebut sehingga mereka selamat.

SUMBER : http://quran.al-shia.org/id/qesseh-quran/04.htm

0 komentar:

Posting Komentar